Selasa, 10 November 2015

Tempat istirahat dan meditasi Kasultanan Cirebon "Gua Sunyaragi"

Gua Sunyaragi terletak di kelurahan sunyaragi, kesambi, kota cirebon. Lokasi Gua Sunyaragi ini sangat mudah dicari, berada di sisi jalan by pass Brigjen Dharsono, cirebon, sungai situngkul dan dekat dengan pembangkit Listrik Tenaga Gas. 
Harga tiket masuk : Rp 10.000
Jam operasional : 08.00 – 16.00

Kata “Sunyaragi” berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “sunya” yang berarti sepi dan “ragi” yang artinya raga. 
Gua Sunyaragi ini pada dasarnya difungsikan sebagai tempat beristirahat dan meditasi untuk para sultan dan keluarga kasepuhan cirebon. 
Situs ini merupakan taman air, karena pada zaman dahulu Gua Sunyaragi  dikelilingi oleh danau jati yang melewati by pass brigjen dharsono (namun seiring waktu danau mengering dan terciptalah jalan by pass). 

Ada dua versi yang tersebar dimasyarakat tentang asal usul Gua Sunyaragi ini, yang pertama berasal dari cerita turun temurun keluarga kasepuhan dan cerita berdasarkan caruban nagari.  Menurut buku Purwaka Carabuna Nagari karya Pangeran Arya Carbon, Tamansari Gua Sunyaragi dibangun pada tahun 1703 M oleh Pangeran Kararangen. Pangeran Kararangen adalah nama lain dari Pangeran Arya Carbon.
Menurut Caruban Kandha dan beberapa catatan dari Keraton Kasepuhan, Tamansari dibangun karena Pesanggrahan ”Giri Nur Sapta Rengga” berubah fungsi menjadi tempat pemakaman raja-raja Cirebon, yang sekarang dikenal sebagai Astana Gunung Jati.



- Cek Keberadaan Gua Sunyaragi di sini -
 



















Minggu, 23 Agustus 2015

Masjid Merah Panjunan Yang Mengagumkan

Setiap melakukan sebuah perjalanan, sebisa mungkin harus menginjakkan kaki di masjid agung sebuah daerah, kenapa??? karena pastinya memiliki karakteristik bangunan yang berbeda-beda, dan letaknya pasti mudah di cari, entah terletak di pusat kota, atau disuatu tempat perkantoran pemerintah misalnya :)
Seperti Masjid Merah (Masjid Agung Cirebon) ini berada di pusat kota, lokasinya pun gampang dicari selain itu dekat dengan Kraton Kasepuhan Cirebon.
Pintu Utama Masjid Merah
Kali ini saya ke Cirebon, Langsung menuju masjid Agungnya, karena sampai sana pas waktu zuhur, Terletak di jalan Panjunan dan dekat dengan Kraton Kasepuhan serta alun-alun cirebon, membuat masjid ini masuk dalam satu list "sekalian", sekalian ke masjid merah sekalian dapat kraton kasepohan dan alun-alunnya #Ahakahakahak
.Sedikit Cerita.

Masjid ini berdiri sejak abad ke-14, dengan bata-bata yang tidak di lapisi semen, sehingga terlihat merah dari unsur bata-batanya, (dengan seiring waktu, sepertinya bata-batanya di cat dengan warna merah, sehingga tidak menghilangkan unsur warna mewar bata-bata pada jaman dulu).
Masjid ini berdiri berkaitan dengan migrasinya orang-orang Baghdad ke tanah cirebon. Iya adalah Syarif Abdurrahman ketua kelompok imigran dari baghdad seorang keturunan arab yang berinisiatif membuat masjid ini, namun dahulu ini adalah mushola, seiring waktu iya menjadi murid dari Sunan Gunung Jati dan melebarkan luas mushola, sehingga bisa menampung banyak muslimin untuk melaksanakan ibadah. Selain itu pelebaran mushola menjadi masjid karena lokasi ini merupakan tempat bertemunya para pedagang dari
dari berbagai suku bangsa.
Teras Masjid Merah
Di teras masjid merah juga terdapat rak buku, baik isinya buku-buku islam, dongeng, al-quran dan kitab-kitab yang mendukung pengetahuan. 
dan entah ini sumur atau penampungan tandon air, untuk saat ini digunakan sebagai tepat mengambil air buat minum atau berwudhu. 

.Bagian Luar Masjid. 
Batas untuk imaman
Luas sekali masjidnya
Pengimaman di luar masjid (halaman depan masjid)
Masuk kedalam masjid merah ini, dan melihat begitu sempurnahnya kayu-kayu penganggahnya, dan tak bisa membayangkan bagaimana proses pembuatannya pada zaman dulu, sehingga sampai sekarang tetap bisa kokoh berdiri
Pintu Masuknya, jadi benar-benar harus antri untuk masuk masjid utama ataupun mau keluar dari masjid utama
Sodakoh buat amal esok d alam sana :)
.Naaah kayu-kayu ini yang membuat takjub.
 Hayuk aaaah ke cirebon, nikmati sensasi masjidnya yang adem, damai dan indah ini
 

Kamis, 20 Agustus 2015

Desert ala Parangtritis yang aduhai

Yeeeehaaaaaaa kali ini kita berada di dubai, dum dum dum dubai cuy dubai ... dubai yang terkenal dengan desertnya, tapi dengan pasir yang khas Indonesia punya, yups pasir hitam (eksotis kayak kulih saya :). Kalau di dubai namanya desert safari, main desertnya juga pake kendaraan (macam di foto ini). Aaah tenang saja ga kalah sensasi tanpa menggunakan mobil, back to naturel kan yak semboyan yang lagi nge-hits akhir-akhir ini.
Ini sih ala dubai nya ... saya comot dari internet http://www.cobone.com/en/deals/activities-dubai/ashok-tours-llc-safari-1-pers/34099
Naaah desert ala indonesia ini namanya "GUMUK PASIR" . Sebelas duabelas kali yah sama yang di dubai, sama-sama dari pasir hanya beda warna dan tempatnya :)
Gumuk pasir terletak di sepanjang muara sungai opak, pantai parangtritis, pantai parangkusumo dan pantai depok. Jadi kalau ada yang kesalah satu pantai tersebut bisa sekalian mampir ke Desert ala Parangtritis :), jadi biar kerasa udah main ke dubai (ahaiii).
Waktu saya ke dubai eeeh maksudnya ke gumuk pasir ini, saya lewat yang jalan paris (jalan parangtritis) menuju pantai parangtritis. Jalannya tinggal lurus-lurus aja, lokasi gumuk pasirnya lumayan jauh sih dari pintu masuk pantai parangtritis, tapi ada papan petunjuknya, jadi aman. 

Sewa alat sandboarding waktu itu 14 Mei 2015 Rp75.000/alat dapat lilin buat ngelicinin papannya. Alatnya dipinjamkan sampe kita puas pakainya, kalau mau sewa alatnya di rumah warga dekat Gumuk Pasirnya, parkirnya juga di rumah warga itu juga.
Gumuk pasir ini juga di gunakan untuk latihan manasih haji, tapi tidak pas di gumuk pasirnya, latihannya di hamparan pasir yang landai, dapat panasnya, dapat pasirnya dan dapat suasananya :)
Gaya saya ala main sandboarding (padahal keberatan lemak ^-^), tidak apa-apa yang penting eksis, tapi sejatinya susah sih menyeimbangkan lemak-lemak badan yang bergelantungan di seluruh badan. Sungguh susah, ga bisa bayangin kalau main skateboard diair, pastinya saya kelelep :(
 

 
 

Rabu, 17 Juni 2015

Camping Cantik di Ranukumbolo

Tanjakan Cinta "Ranukumbolo"
Ga kepikiran bisa juga sampai disini, awalnya agenda kesini itu berlangsung 6 bulan sebelum berangkat, dan selama 6 bulan mencari cari info tentang "Semeru" karena niat awal adalah bisa sampe Mahameru (niat ga usah nanggung-nanggung :)). Tapi sayang, belum berkenan Mahamerunya buat d sambangi, cukup di Rakum aja kita :) *agendakan lagi

Selama perjalanan kemarin sih biayanya :
1 Angkot dari stasiun Malang Kota sampai pasar tumpang 150.000 berangkat aja loh ini
1 Hartop haris diisi oleh makx 12 orang ga boleh lebih tapi boleh kurang :) 1 Hartop di hargai Rp 1.300.000
(mau berangkat harga Rp 650.000 dan baliknya Rp 650.000) jadi kalau mau berangkat aja harga tetap setengah dari harga itu :) (sama aja mau PP atau ga PP harga mentok di Rp 1.300.000), di tawar udah ga bisa
Biaya Tiket hari libur seharinya Rp 22.500
Tiket hari biasa (hari kerja) Rp 17.500 (tinggal kalikan berapa hari disananya :))

Untuk Makanan aman kali yah ... banyak pedagangnya ... ada yang jual nasi dan lauknya Rp. 10.000 - 15.000, gorengan Rp. 1.000 sebiji, cemilan, buah semangka Rp. 5.000 ... wajar sih harganya segitu, lah bawanya aja berapa jam sendiri dari bawah :) ...

Perjalanan kali ini benar-benar menguras perasaan (jiyaah), gimana ga, sampai malang (masih pake baju kemarin) langsung naik (tanpa mandi dulu, tapi ganti baju sih). Selama jalan ditunjukin sama temen hanya pucuknya mahameru aja udah meleleh air matanya ...

Ranukumbolo










Tanjakan Cintanya

Jangan nengok kebelakang pemandangannya beeeh ajiiib














Oro-oro Ombo






Cemoro Kandangnya



Dan Kami

Popular Posts